Komunitas Malaikat
Rabu, 24 Februari 2010

Muhammad Zaxiani Gufron


MEMELUKMU DI ATAS KURSI


Secangkir airmata, sepotong penyesalan
Selalu sempat terhidang di pelukan kita
Di atas kursi, pertemuan kedua dari cinta

Ibu, kata orang kakek mati dengan sebilah keris
Tapi paman bilang ia dibacok celurit Madura
Anakku, kakekmu telah meninggal
Dengan kedua tangan memegang kujang
Dan rencong warisan leluhur kita
Ibu, apakah kakek seorang pejuang?
Yang ibu tahu kakek adalah seorang petani sejati
Tapi sebelum ibu lahir separoh hidup kakek
Telah pergi bersama badai itu

Kata-kata di balik lukisan foto buyut itu
Mungkinkah asal usul keluarga kami yang menghilang
Andaikan di halaman rumah kita masih bisa
Kutanam wortel, biji-bijian dan cinta sang ibu
Mungkin setiap secangkir airmata
Dan setiap potong penyesalan kita
Tak akan tertanam di bawah sampah-sampah itu

Memelukmu di atas kursi
Membuat bendungan airmata di atas meja
Dengan menyajikan wajah kakekmu di balik lukisan
Dinda, kakekmu telah pergi
Biarkanlah doa-doa selalu menjadi angin pagi
Yang mampu meredakan badai itu

Jangan kau ingat lagi kakek bangsaku
Sebab jejak-jejaknya sangat samar bila kita ikuti
Membandingkan asal usul kita
Akan mengotori ziarah anak-anak kita
Di atas kubur di mana jasad-jasad dimakamkan

2005

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut