Komunitas Malaikat
Sabtu, 27 Februari 2010

FORUM SASTRA INDONESIA HARI INI: JAWA BARAT
(Mona Sylviana, Nazaruddin Azhar, Fina Sato, Toni Lesmana, Dian Hartati, Ahmad Faisal Imron)
Kurator Tamu & Pembicara/ Guest Curator & Speaker: Hawe Setiawan
Teater Salihara
Terbuka untuk Umum & Gratis

 Jl.Salihara No.16 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Indonesia

Rabu, 24 Februari 2010

Muhammad Zaxiani Gufron


MEMELUKMU DI ATAS KURSI


Secangkir airmata, sepotong penyesalan
Selalu sempat terhidang di pelukan kita
Di atas kursi, pertemuan kedua dari cinta

Ibu, kata orang kakek mati dengan sebilah keris
Tapi paman bilang ia dibacok celurit Madura
Anakku, kakekmu telah meninggal
Dengan kedua tangan memegang kujang
Dan rencong warisan leluhur kita
Ibu, apakah kakek seorang pejuang?
Yang ibu tahu kakek adalah seorang petani sejati
Tapi sebelum ibu lahir separoh hidup kakek
Telah pergi bersama badai itu

Kata-kata di balik lukisan foto buyut itu
Mungkinkah asal usul keluarga kami yang menghilang
Andaikan di halaman rumah kita masih bisa
Kutanam wortel, biji-bijian dan cinta sang ibu
Mungkin setiap secangkir airmata
Dan setiap potong penyesalan kita
Tak akan tertanam di bawah sampah-sampah itu

Memelukmu di atas kursi
Membuat bendungan airmata di atas meja
Dengan menyajikan wajah kakekmu di balik lukisan
Dinda, kakekmu telah pergi
Biarkanlah doa-doa selalu menjadi angin pagi
Yang mampu meredakan badai itu

Jangan kau ingat lagi kakek bangsaku
Sebab jejak-jejaknya sangat samar bila kita ikuti
Membandingkan asal usul kita
Akan mengotori ziarah anak-anak kita
Di atas kubur di mana jasad-jasad dimakamkan

2005
Selasa, 09 Februari 2010
Ahmad Faisal Imron


KEPADA YEHUDA AMICHAI


di hari penebusan, 1967 itu
kau menyesali semua yang tinggal debu
di kota tua Yerusalem


di negeri mesiu


pagi :
yang tinggal gema, sisa tangis di udara
secangkir kopi dan setelah itu pun terbaca
merah pelangi Laut Jawa melintas di mataku

SAYA INGIN MENGATAKAN APA ADANYA…


Oleh : Ahmad Faisal Imron

Satu-satunya yang wajib dalam hidup
dan seni adalah menyatakan kebenaran
- Leo Tolstoy


...saya hanya mencoba mengutak-atik, mencoba berilusi, mencoba membuat definisi sendiri, membuat jalur sendiri, membuat keyakinan sendiri, tapi akhirnya, toh saya terlahir juga di lingkungan yang penuh dengan kebencian, keserakahan, keambiguan, ketidaknyamanan bersosial dan lain-lain. Saya beranggapan, apakah ini dunia saya? Apakah ini hanya sebuah mimpi?. Saya kira Kong Hu-Cu, sebagai seorang yang pernah hidup pada masa kesuburan intelektual di Cina, punya semacam ajaran yang hampir sama dengan Golden Rule-nya Nasrani “Apa yang kamu tidak suka dengan orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan”. Salah satu pokok ajaran Budha yang sering disebut sebagai “Empat Kebajikan-Kebenaran” itu ternyata selalu menanamkan tentang segala yang benar: berbuat benar, bekerja benar, berdagang secara, berpikir benar dan lain-lain. Dan Islam, tentu punya penjabaran tersendiri yang cukup detail tentang arti kebenaran sekaligus bagaimana mengoreksi kejelekan, keburukan, kedengkian, kebencian. Apakah esensi dari semua itu berbeda?
Sabtu, 06 Februari 2010

Kumpulan Puisi Ahmad Faisal Imron

Pengikut